Ini adalah hari ke 4, dimana aku memulai aktifitasku di salah satu sekolah menengah pertama di Bandung. Selain hari sabtu, setiap hari kamis, di sekolahku ini selalu diadakan jam tambahan untuk kegiatan ekstrakulikuler dan kebetulan sekali hari itu adalah hari kamis. Memang sih tidak ada jadwal ekskul basket ataupun science club pada hari kamis. Tapi aku hanya ingin menemani temanku yang sedang mengikuti kegiatan latihan ekskul TD (Tenaga Dalam). Aku menunggu di ruang kelas bersama satu lagi temanku,fitri, maklum lah ini masih hari-hari pertama sekolah dan teman-teman yang baru kukenal selalu ingin bersama-sama. Kelasku terletak di ujung sekolah, lebih tepatnya dekat kamar mandi siswa. Di pojokan belakang kelasku terdapat alat-alat gamelan dan sebuah lemari tua yang pintunya sudah sedikit reyot. Entah kenapa benda-benda itu disimpan di ruangan kelas, yang aku pikirkan saat itu mungkin tidak ada ruangan lain untuk menyimpannya.
Sudah satu jam lebih aku menunggu dan hanya mengobrol dengan fitri. Lama-lama kami merasa bosan juga dan akhirnya kami sepakat untuk membersihkan papan tulis kelas kami. Karna di kelas kami ada dua papan tulis kami berbagi tugas, yang sebelah kiri untuk fitri dan sebelah kanan untuk aku. Hampir selesai aku menghapus papan tulis tersebut, tiba-tiba saja............ada sepasang telapak tangan?? ukurannya tidak seperti ukuranku. Ukurannya sebesar telapak tangan anak kecil. Aku sedikit berkeringat dingin.
"apa ini?" tanyaku dalam hati. Aku mencoba menghapusnya berulang-ulang kali. Ta...ta..pi.. tidak bisa!! apa-apaan ini? sebelumnya aku tidak melihat ini, semuanya tulisan sebelum aku menhapusnya. Dari mana datangnya ini?? berbagai pertanyaan muncul dengan sendirinya dibenakku. Aku ingin segera bertanya pada temanku, tapi aku takut dia lari meninggalkanku.
Ya Tuhaaan....
Aku segera beranikan diriku bertanya pada temanku, sambil menoleh perlahan.
"fit....ini apaa~~??" tanyaku dengan suara bergetar dan aku yakin fitri melihat muka pucatku ini.
"coba hapus!" terlihat mukanya yang mulai panik. Dan aku hanya menggeleng, karena sebelumnya sudah kucoba berkali-kali. Tapi tetap tidak hilang.
Benar saja tiba-tiba fitri loncat mengambil tasnya dan berlari meninggalkanku. Sial!!! Dengan langkah yang berat aku berlalri keluar kelas tanpa memperdulikan tasku yang masih di sana.
Kita berdua mencari seruni yang sedang latihan. Yang aku dan fitri ketahui bahwa anak-anak TD bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk yang berbeda dunia dengan kita, maka kita berdua memanggil seruni yang sedang latihan dan bercerita. Aku berharap seruni akan melaporkan hal ini kepada siapapun, entah karena ketakutanku atau karena tasku masih ada di dalam sana...
Akhirnya, seluruh siswa-siswi bahkan guru-guru yang masih ada di sekolah berdatanganan ke dalam kelasku. Yang kulihat ada salah satu guru dan satu anak murid kelasku yang sedang berbicara "entah pada siapa" di depan lemari tua itu. Dan entah berapa lama mereka melakukan itu sampai akhirnya aku berfikir "pantas saja saat pelajaran sedang berlangsung, pintu lemari itu selalu terbuka sendiri. Ku kira hanya karena angin. Ternyata...."
Setelah lamunanku selesai, selesai pula pembicaraan guruku dengan "entah itu siapa". Lalu guruku memanggil kami siswa/siswi yang menempati ruang kelas itu untuk berkumpul. Dia tanpa basa-basi langsung berkata "karena sudah kejadian seperti ini bapak harus ngasih tau bahwa! di dalem lemari itu ada tuyul, disekeliling matanya berwarna hitam dan memakai celana kain yang mungkin kalian pernah liat di sinetron tuyul dan mbak yul. kenapa dia berani nampakin diri di depan desy? dia sengaja, karena mau memberi peringatan dan permintaan. permintaannya tolong jangan ribut di luar diskusi pelajaran, jadi kalo udah waktunya pergantiaan guru dan gurunya belum dateng kalian jangan ribut. Dia ga suka kalo denger yag rame-rame. Peringatannya, kalo kalian ngelanggar itu. Dia yang bakal ngeganggu kalian. Ngerti ya? bapak harap ini bisa dijadiin pelajaran buat kalian" kita semua hanya bisa saling berpandangan satu sama lain. tak bisa berkata apa-apa untuk berkomentar. Karena kita semua sadar selama masa orientasi sampai sekarang, di kelas itu kita selalu seperti penjual dan pembeli di pasar.
Setelah kejadian yang aku alami, teman-teman dikelasku tidak pernah lagi berisik. Tapi yang aku rasakan hanya ada hawa dingin yang menyelimuti kamu karena ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar