Tak ada ujungnya jika kita bicara soal politik. Semua itu menyangkut harkat martabat para pejabat, yang sebenarnya diukur dengan uang. Bukan dengan kemampuan mereka untuk membantu rakyatnya sepenuh hati. Kapan itu terjadi? Apa? System politik yang mengatas namakan rakyat untuk menghasilkan berton-ton lembaran uang bagi berangkas mereka masing-masing. Sejak jaman dahulu kala, setelah manusia mulai pintar membuat tak-tik kejahatan. Sebenarnya tanpa perlu latihan kita semua bisa bersikap seperti mereka, itu hanya perlu pintar berbicara dan berbual. Mudahkan? Sering saya sendiri berpikir, apa mereka pernah merasakan beban berat yang dirasakan rakyat Indonesia kebanyakan? Saya rasa hanya sebagian, tidak, mungkin hanya 1/8 dari anggota pemerintahan yang tahu perasaan itu. Makanya dengan sangat mudah mereka melakukan hal-hal yang tidak seharusnya menjadi keseharian mereka. Yang terbayang oleh saya “sepertinya setiap kali mendengan rencana proyek baru, mereka menyisipkan rencana yang pasti mereka tahu akan menyengsarakan rakyat namun tetap mereka lakukan” apa benar seperti itu? Bagai meraup batang emas dalam timbunan rendah tanah, semudah itu mereka mengibaratkan system demokrasi yang ada seharusnya. Mengapa juga saya membicarakan ini? Karena saya terlalu muak melihat kenyataan politik yang saya lihat dari beberapa Negara demokrasi. Dan saya sangat yakin 100% akan ada buntutnya dari dampak pemilihan ‘Komodo sebagai 7 Keajaiban Dunia’ nanti. 30% kebaikan dan 70% tetek bengek yang menjijikan. Entah dari mana saya mulai berpikir mengomentari kelakuan manusia-manusia tidak berguna yang tinggal di Negara dengan SDA terkaya dan SDM berekonomi “Tidak Diperdulikan”. Yaah itulah Negara yang kami tempati saat ini. Berisikan manusia pemegang agama yang tidak menandatangani pasti aturan tidak tertulis di dalamnya, memiliki kekayaan menjulang bersama dengan ketidakpedulian terhadap sesamanya, dan keserakahan tak terelakan atas nama rakyat. Kembali lagi pada satu hal. Jika kita mengenal allah, kita tahu kemana kita melangkah, kita tahu akan bagaimanakah tiap jengkal langkah kita itu…. Allahu akbar.
Ratusan manusia berbondong-bondong menempati posisi ini
Dengan berbagai merek dan warna jas yang berbeda
Bersama dengan visi untuk maju dan memajukan
Memohon untuk dipilih dan berkuasa
Mereka duduk dan berdiri di satu gedung yang sama
Yang dibangun dengan uang rakyat
Mereka menikmati segala fasilitas
Karena uang rakyat
Mereka terus mempertahankan suatu eksistensi yang begitu exstrim
Membuat segala yang berada di bawah tunduk tanpa ampun
Membuat segala yang di bawah diam merenung melawan dunia
Sedangkan mereka terus tertawa dan berpikir memperkaya pohon mereka
Tuhan berkata jangan pun terus mereka hiraukan
Saudara menasehati pun mereka tetap tidak menghiraukan
Melihat sauradanya terlantar pun mereka hanya sekedar kasihan
Namun jika melihat lembaran berwarna mereka akan tertawa dan menjadi pintar
Menjadi penguasa negeri ini
Adalah keinginan mereka
Tidak sadar bahwa sedang menjajah rakyatnya sendiri
Melakukan hal-hal yang membuat orang lain tertekan
Itulah mereka…
Mereka itulah…
Yang akan selalu begitu…
Dan tak akan pernah melewatkan itu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar